1. Aulia S 2.11.008
2. Anisa S 2.11.005
3. Desy 2.11.014
4. Dewi Jumurti 2.11.017
5. Dwi Rahma 2.11.019
6. Edi 2.11.021
7. Erma T 2.11.028
8.
Gusmana
Raga 2.11.040
9.
Ibranu
A 2.11.045
10. Ima P 2.11.
11. Quen NH 2.11.078
12. Siti juliyanti 2.11.093
13. Ulinnuha 2.11.104
PRODI DIII KEPERAWATAN
STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2013
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS
I.
KONSEP
MEDIS
1.
Pengertian
Osteomielitis
adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan
tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi
masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas. (Smeltzer, Suzanne C,
2002)
Osteomielitis
adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus atau proses spesifik. (Mansjoer, 2000)
Osteomielitis
adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari
darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi
fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen). (Corwin, 2001)
2.
Klasifikasi
Dari uraian
di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
a.
Osteomielitis Primer.
Penyebarannya
secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan
beredar melalui sirkulasi darah.
b.
Osteomielitis Sekunder.
Terjadi
akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan
sebagainya.
Berdasarkan
lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
a.
Osteomielitis akut
yaitu
osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada
anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi
di dalam darah (osteomielitis hematogen).
Osteomielitis
akut terbagi menjadi 2, yaitu:
1)
Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis
hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah
yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering
terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis
menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang
itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan
onset yang lambat.
2)
Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma
atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat
inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus
infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari
osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.
b.
Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul.
c.
Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis
biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau
trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada
tulang yang fraktur.
Sedangkan menurut
penyebabnya adalah osteomielitis biogenik yang paling sering :
1.
Staphylococcus (orang dewasa)
2.
Streplococcus (anak-anak)
3.
Pneumococcus dan Gonococcus
3.
Etiologi
Adapun penyebab – penyebab
osteomielitis ini adalah:
a. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005),
penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus aureus (70 %-80 %), selain
itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella,
Salmonella, dan Proteus.
b. Virus
c. Jamur
d. Mikroorganisme
lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomyelitis juga bisa terjadi
melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:
1) Aliran darah
Infeksi bisa
disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di
tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke
tulang. Pada anak-anak,
infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada
orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis
akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
2)
Penyebaran
langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka,
cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda
yang tercemar yang menembus tulang.
3)
Infeksi dari
jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis
dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang
setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah
yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau
ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya
ulkus dekubitus yang terinfeksi).
Osteomyelitis
dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam
sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis
kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik.
Osteomyelitis kronis akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan lunak atau
tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat
menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh
bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.
Pasien yang
beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk,
lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang
menderita artritis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit,
menjalani pembedahan ortopedi, mengalami
infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.
4.
Tanda
& Gejala
a. Fase akut
Fase sejak
infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang dekat sendi, tidak
dapat menggerakan anggota tubuh.
b. Fase kronik
Rasa sakit
tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus yang
selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada
jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
5.
Pathofisiologi
Staphylococcus
aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik
lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus,
Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik. Awitan
Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering
berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi
antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2
tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah
salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau
3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan
jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke
bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.
Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses
tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang
terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan
mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang
terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum
infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang
hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
6.
Pathways
7.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan
osteomielitis terdiri dari penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan
keperawatPenatalaksanaan medis.
a.
Penatalaksanaan
medis osteomielitis menurut Rasjad (1998) dan Tucker (1998) adalah sebagai
berikut :
1)
Pemberian
antibiotik yang bertujuan untuk : mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada
tulang yang sehat dan mengontrol ekserbasi akut.
2)
Tindakan
operatif dilakukan bila fase ekserbasi akut telah reda setelah pemberian
antibiotik yang adekuat. Operasi yang dilakukan bertujuan untuk : mengeluarkan
seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun jaringan tulang
(sekuestrum) sampai ke jaringan sehat lainnya, yang selanjutnya dilakukan
drainase dan irigasi secara kontinue selama beberapa hari, (adakalanya
diperlukan penanaman rantai antibiotik di dalam bagian tulang yang terinfeksi)
dan sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapai sasaran
serta mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut.
3)
Pemberian
cairan parenteral / intravena dan kalau perlu tranfusi darah.
4)
Pengaturan
diet dan aktivitas.
b.
Penatalaksanaan
keperawatan
Menurut Smeltzer (2002) dan Tucker
(1998) penatalaksanaan keperawatan pada osteomielitis adalah sebagai berikut :
1)
Daerah
yang terkena harus dimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah
terjadinya fraktur.
2)
Dapat
dilakukan rendaman salin selama beberapa kali selama 20 menit perhari untuk
meningkatkan aliran darah.
3)
Kompres
: hangat, atau selang seling hangat dan dingin.
8.
Pemeriksaan
Penunjang
a.
Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
b.
Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
c.
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
d.
Pemeriksaan Biopsi tulang.
e.
Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
f.
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
9. Komplikasi
a.
Dini :
1)
Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat
(jarang terjadi)
2)
Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai
tulang yang mendasarinya sembuh
3)
Atritis septik
b.
Lanjut :
1)
Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat
rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang terkena
2)
Fraktur patologis
3)
Kontraktur sendi
4)
Gangguan pertumbuhan
II.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
keperawatan
1) Identifikasi
awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritma, demam atau keluarnya pus
dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.
2) Kaji faktor
resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera, infeksi dan
riwayat bedah ortopedi sebelumnya.
3) Hal-hal yang
dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi
khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah
sumber potensial terjadinya infeksi.
b. Pemeriksaan
fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi
menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema
atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya
diatas 380, takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.
c. Riwayat
psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan,
khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien
dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji
perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan
atau sekolah.
d. Pemeriksaan
diagnostik
Hasil laboratorium menunjukan adanya
leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi
hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang.
Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI.
2. Diagnosa
Keperawatan
a.
Nyeri berhubungan dengan proses supurasi
di tulang dan pembengkakan sendi
b.
Kerusakan integritas jaringan berhubungan
dengan proses supurasi di tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi
inflamasi tulang
c.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
keterbatasan gerak sendi
3. Intervensi
a. Nyeri
berhubungan dengan proses supurasi di tulang dan pembengkakan sendi
Tujuan : nyeri berkurang, hilang, atau teratasi
KH : secara subjektif klien
melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi, mengidentifikasi aktivitas yang
meningkatkan atau mengurangi nyeri.skala nyeri 0-1
Intervensi
|
Rasional
|
MANDIRI
1.
Kaji nyeri dengan skala 0-4
|
1. Nyeri
merupakan respon subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri.
Klien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cidera.
|
2.
Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang
yang mengalami infeksi
|
2. Imoilisasi
yan kuat adekuat dapat mengurangi nyeri sendi atau nyeri di tulangyang
mengalami infeksi.
|
3. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus
|
3. Nyeri
dipengaruhi oleh kecemasan, pergerakan sendi
|
4.
Jelaskan dan bantu klien terkait
dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasive
|
4. Pendekatan
dengan menggunakan relaksasidan tindakan nonfarmakologi lain menunjukan
keefektifan dalam mengurangi nyeri
|
5. Ajarkan
relaksasi teknis mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi
intensitas nyeri dan meningkatkan relaksasi masasse
|
5. Tehnik
ini melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O2 pada jaringan terpenuhi
dan nyeri berkurang
|
6.
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut
|
6. Mengalihkan
perhatian klien terhadap nyeri ke hal-hal yang menyenangkan
|
7.
Beri kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan beri posisi yang
nyaman ( mis: saat klien tidur punggung klien diberi bantal kecil)
|
7. Istirahat
merelaksasi semua jaringan sehingga meningkatkan kenyamanan
|
8.
Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungkan dengan
barapa lama nyeri akan berlangsung.
|
8. Pengetahuan
tersebut membentu mengurangi nyeri dan dapat membantu meningkatkan kepatuhan
klien terhadap rencana terapiutik
|
KOLABORASI
Pemberian
analgetik
|
Analgetik
memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang
|
b. Kerusakan
integritas jaringan berhubungan dengan proses supurasi di tulang, luka fraktur
terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang
tujuan : dalam 7x24jam integritas jaringan
membaik secara optimal
KH :
pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik,
pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup
Intervensi
|
Rasional
|
MANDIRI
1. Kaji
kerusakan
jaringan lunak
|
1.
Menjadi data dasar untuk memberi informasi tentang intervensi perawatan luka
|
2. Lakukan
perawatan luka dengan
tehnik steril
|
2. Perawatan
luka dengan tehnik steril dapat mengurangi kontaminasi kuman langsung ke area
luka.
|
3. Kaji
keadaan luka dengan tehnik membuka belutan dan mengurangi stimulus nyeri,
bila perban melekat kuat, perban diguyur dengan NaCl
|
3. Manageman
membuka luka dengan mengguyur larutan NaCl ke perban dapat mengurangi
stimulus nyeri dan dapat menghindari terjadinya pardarahan pada luka
|
4. Lakukan
pembilasan luka dari arah dalam keluar dengan cairan NaCl
|
4. Tehnik
membuang jaringan dank man di area luka sehingga keluar di area luka
|
5. Tutup
luka dengan kasa kompres dengan NaCl yang dicampur dengan antibiotic
|
5. NaCl
merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah diabsorbsi oleh jaringan dari
pada larutan antiseptic
|
6.
Lakukan nekrotomi pada jarigan yang sudah mati
|
6. Jaringan
nekrotik dapat menghambat penyembuhan luka
|
7.
Rawat luka setiap hari atau setiap kali bila pembalut basah
atau kotor
|
7. Memberi
rasa nyaman pada klien dan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan jaringan
luka
|
8.
Hindari pamakaian peralatan perawatan luka yang sudah kontak dengan
klien osteomielitis, jangan gunakan lagi untuk parawatan luka
|
8. Pengendalian
infeksi nosokomial dengan menghindari kontaminasi langsung dari perawatan
luka yang tidak steril
|
9. Gunakan
perban elastic dan gips pada luka yang disertai kerusakan tulang atau pembengkakan
sendi
|
9. Pada
klien osteomielitis dengan kerusakan tulang stabilitas formasi tulang sangat
labil, gips dan perban elastic dapat membantu memfiksasi dan dan
mengimobilisasi sehingga dapat mengurangi nyeri
|
10. Evaluasi perban elastic terhadap resolusi edema
|
10. Pemasangan
perban elastic yang terlalu kuat dapat menyebabkan edema pada daerah distal
dan juga menambah nyeri pada klien
|
11. Evaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan
pertumbuhan jaringan dan lakukan perubahan intervensi bila pada waktu yang
ditetapkan tidak ada perkembangan pertumbuhan jaringan yang optimal
|
11. Adanya
batasan waktu selama 7x24jam dalam melakukan perawatan luka klien
osteomielitis menjadi tolak ukur keberhasilan intervensi yang diberikan
|
KOLABORASI
1. Kolaborasi
dengan TIM bedah untuk bedah perbaikan pada kerusakan jaringan agar tingkat
kesemuhan dapat dipercepat
|
1. Bedah
perbaikan terutama pada klien fraktur terbuka luas sehingga menjadi pintu
masuk kuman yang ideal. Bedak perbaikan biasanya dilakukan setelah masalah
infeksi osteomielitis teratasi
|
2. Pemeriksaan
kultur cairan (pus) yang keluar dari luka
|
2. Untuk
menentukan antimikroba yang sesuai dengan kuman yang sensitive atau resisten
terhadap beberapa jenis antibiotic
|
3. Pemberian
antibiotic/ antimikroba
|
3. Antimikroba
yang sesuai dengan hasil kultur (reaksi sensitive) dapat membunuh atau
mematikan kuman yang menginvasi jaringan tulang
|
c.
Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri dan
keterbatasan gerak sendi
KH :
a. Menggambarkan
Rasional untuk intervensi
b. Meminimalkan
stress sendi dan cidera
c. Mempertahankan
dan bila mungkin meningkatkan kekuatan dan pertahanan pada ekstremitas.
d. Memperagakan
pelaksanaan latihan yang benar.
Intervensi
|
rasional
|
1.
Berikan penghilang nyeri sesuai
kebutuhan
|
1.
Nyeri dapat berperan dalam
menurunkan mobilitas.
|
2. Berikan
dorongan kepatuhan pada program latihan yang ditentukan, yang dapat meliputi
latihan sebagai
berikut
:
a. Rentang
gerak
b. Penguatan
otot
c. Ketahanan
|
2. Program
latihan teratur meliputi aktivitas rentang gerak, isometric, dan aerobic
tertentu dapat membantu mempertahankan integritas fungsi sendi
|
3. Berikan
dorongan untuk melakukan latihan yang sesuai dengan tingkat aktivitas
penyakit.
|
3. Selama
periode inflamasi akut, individu dapat mengimobilisasi sendi pada posisi yang
nyaman, biasanya fleksi parsial. Imobilisasi terus menerus dapat
mengakibatkan kekakuan sendi dan kelemahan otot yang dapat dengan cepat
menimbulkan kontraktur dan lebih nyeri
|
4. Ajarkan
klien untuk melakukan semua langkah
berikut :
a. Pemanasan:
sebelum latihan, lakukan mandi hangat atau pancur atau lakukan rendam hangat
atau bantal pemanas pada area yang sakit. Kemudian lakukan regangan perlahan.
b. ROM perlahan tanpa tekanan pasif sedikitnya
sekali sehari.
c. Latihan
isometric dan penguatan : kencangkan kelompok otot selama 8 hitungan,
kemudian rilekskan 2 hitungan. Lakukan
10 kali pengulangan 3-4kali sehari. Pada kuadrisef, otot abdomen, gluteal dan
deltoid
d. Latihan
ketahanan atau aerobic : mulai dengan periode 5-10 menit dan secara bertahap
meningkat. Aktifitas yang tepat termasuk berjalan, berenang, permainan raket.
Aktifitas yang tak tepat termasuk olahraga raket berat (tennis, squash, raket
ball) olah raga kontak (sepak bola, hockey) dan angkat berat atau latuhaan
tahanan progesif.
e. Periode
pendinginan : selama 5-10 menit, secara progesif lambatkan gerakan
akstremitas atau perlambat langkah berjalan.
|
4. Periode
pemanasan dari pemanasan local atau regangan perlahan sebelum melakukan latihan
penguatan dan ketahanan
a. memungkinkan
otot menjadi siap secara bertahap untuk kerja lebih keras.
b.
ROM perlahan mencegah cidera
jaringan sendi.
c.
Latihan isometric dan penguatan
lain dapak memperbaiki fungsi
d.
Latihan yang meregangkan atau
memukul sendi merupakan kontra indikasi.
e.
Periode pendinginan setelah
latihan lebih keras memungkinkan tubuh untuk kembali secara bertahap pada
status pralatihannya.
|
5. Bila
klien mengeluh nyeri pascalatihan yang menetap > dari 1 ½ - 2
jam,instruksikan pasien untuk melakukan hal berikut :
a. Menurunkan
pengulangan pada hari berikutnya.
b. Untuk
sakit yang lebih berat, hari berikutnya lakukan ROM sedikitnya sekali setelah
pemberian pemanasan local pada sendi yang sakit.
|
5. Kelelahan
dan nyeri menurunkan motivasi untuk melanjutkan program latihan.
|
6. Rujuk
ke terapi fisik sesuai kebutuhan
|
6. Bantuan
mungkin diperlukan untuk ,mengembangkan instruksi mendetail pada program
aktivitas fisik.
|
DAFTAR PUSTAKA
Lukman dan Nurna
Ningsih. 2009.
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal.
Jakarta : Salemba Raya
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal : buku ajar.
Jakarta : EGC
Rasjad, Chairuddin.2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.Ujung
Pandang : Bintang Lamumpatue
Suratun. 2008. Klien
Gangguan Sistem Muskuloskeletal : seri Asuhan Keperawatan. Jakarta
: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar