ASUHAN
KEPERAWATAN VENTRIKEL SEPTUM DEFEK ( VSD )
I. KONSEP
DASAR
1.
DEFINISI
Ventrikel
septum defek (VSD) adalah kelainan bawaan yang berupa tidak menutupnya sekat
antara ventrikel kanan dengan ventrikel kiri jantung. (Riyadi sujono &
sukarmin, 2009)
Suatu
keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel
kanan. (Rita & Suriadi, 2001)
2.
ETIOLOGI
Penyebab
terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka
kejadian penyakit jantung bawaan (PJB) yaitu :
1.
Faktor
prenatal (faktor eksogen)
a.
Ibu
menderita penyakit infeksi rubella
b.
Ibu
alkoholisme
c.
Umur
ibu lebih dari 40 tahun
d.
Ibu
menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
e.
Ibu
meminum obat-obatan penenang
2.
Faktor
genetic (faktor endogen)
a.
Anak
yang lahir sebelumnya menderita PJB
b.
Ayah/ibu
menderita PJB
c.
Kelainan
kromosom misalnya sindrom down
d.
Lahir
dengan kelainan bawaan yang lain
3. MANIFESTASI
KLINIK
Tanda
dan gejala klinis yang muncul pada anak yang menderita VSD kengenital sangat
tergantung dengan besar kecilnya shunt.
a. Pada VSD kecil: biasanya tidak ada gejala-gajala. Bising
pada VSD tipe ini bukan pansistolik,tapi biasanya berupa bising akhir sistolik
tepat sebelum S2.
b. Pada VSD sedang: biasanta juga tidak begitu ada
gejala-gejala, hanya kadang-kadang penderita mengeluh lekas lelah., sering
mendapat infeksi pada paru sehingga sering menderita batuk.
c. Pada VSD besar: sering menyebabkan gagal jantung pada
umur antara 1-3 bulan, penderita menderita infeksi paru dan radang paru.
Kenaikan berat badan lambat. Kadang-kadang anak kelihatan sedikit sianosis
d. gejala-gejala pada anak yang menderitanya, yaitu; nafas
cepat, berkeringat banyak dan tidak kuat menghisap susu. Apabila dibiarkan
pertumbuhan anak akan terganggu dan sering menderita batuk disertai demam.
4. PATOFISIOLOGI
Pada
kondisi normal seharusnya tidak terdapat septum pada ventrikel kanan dan
ventrikel kiri. Munculnya shunt akan berakibat darah akan mengalir dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan, karena tekanan yang terdapat pada ventrikel
lebih besar (110 MmHg) dari pada ventrikel kanan (60 MmHg). Perbedaan tekanan
yang cukup tinggi ini menjadikan aliran darah yang mengalir cukup deras
sehingga menimbulkan bising dan naiknya beban pada ventrikel kanan.
Naiknya
beban padaventrikel kanan akan akan membuat darah terdorong ke arteri
pulmonalis sehingga arteri pulmonalis mengalami peningkatan tekanan.
Peninggkatan tekanan pada arteri pulmonalis akan berdampak pada kenaikan
tekanan pada arteri kapiler di paru. Pada tahap awal belum terjadi perubahan
pada endotel dan tunika muskularis kapiler paru akan akan tetapi lama kelamaan
pembuluh darah paru menjadi sklerosis dan berdampak pada tahanan yang permanen
pada paru. Tahanan pada paru akan mengakibatkan paru sulit mengembang dan
gangguan difusi oksigen dan kardondioksida.
Apabila
tahanan pada arteri pulmonalis sudah tinggi dan permanen maka tekanan pada
ventrikel kanan juga tinggi dan permanen. Kondisi ini akan mempengaruhi darah
balik dari seluruh tubuh sehingga kemungkinan terjadi tahanan cairan di vena
juga tinggi.
Ditinjau
dari kondisi patofisiologi VSD terbagi pada 4 tipe:
a. VSD
dengan shunt kecil dan tahanan pada arteri pulmonalis masih normal.
b. VSD
dengan shunt sedang dan tahanan arteri pulmonalis masih normal.
c. VSD
dengan shunt yang besar dan diikuti dengan hiprtensi pulmonal yang dinamis
dengan kata lain hipertensi yang terjadi pada pulmonal akibat bertambahnya
volume darah akan tetapi belum ada kenaikan tahanan pada arteri pulmonalis
karena darah masih dapat dialirkan ke kapiler paru dengan baik.
d. VSD
dengan shun besar dan hipertensi pulmonal yang permanen karena sudah terjadi
sklerosis (kekakuan dan penyempitan pada kapiler pulmonalis).
5.
PATHWAY
|
|
6.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Pantau tekanan darah.
b.
MRI.
c.
EKG.
EKG pada VSD dengan shunt kecil masih
terlihat normal. Sedangkan pada shunt yang sedang atau shunt besar gambaran
EKGnya terlihat hipertropi ventrikel kiri dengan hipertropi atrium kiri atau
hipetropi ventrikel kanan dan ventrikel kiri dengan hipertropi atrium kiri.
d.
Ecocardiogram.
e.
Foto rontgen.
f.
Radiologi.
Pada VSD dengan shunt kecil foto rontgen
tidak menunjukan pembesaran pada jantung. Pada shunt yang sedang dan besar akan
tampak pada foto thorak:
1.
Pembesaran pada kedua ventrikel kiri dan
kanan.
2.
Pembesaran pada atrium kiri.
3.
Tampak pembesaran pada batang arteri
pulmonalis
4.
Terdapat corakan pembuluh darah yang berlebih
7.
PENATALAKSANAAN KEGAWATAN
a.
Pada
VSD kecil
Ditunggu saja, kadang-kadang dapat menutup secara
spontan. Diperlukan operasi untuk mencegah endokarditis infektif.
b.
Pada
VSD sedang
Jika
tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat ditunggu sampai umur 4-5 tahun
karena kadang-kadang kelainan ini dapat mengecil. Bila terjadi gagal jantung
diobati dengan digitalis. Bila pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan pada
umur 4-6 tahun atau sampai berat badannya 12 kg.
c.
Pada
VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen
Biasanya
pada keadaan menderita gagal jantung sehingga dalam pengobatannya menggunakan
digitalis. Bila ada anemia diberi transfusi eritrosit terpampat selanjutnya
diteruskan terapi besi. Operasi dapat ditunda sambil menunggu penutupan spontan
atau bila ada gangguan dapat dilakukan setelah berumur 6 bulan.
d.
Pada
VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen
Operasi
paliatif atau operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri
pulmonalis mengalami arteriosklerosis. Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan
diberi beban yang berat sekali dan akhirnya akan mengalami dekompensasi. Bila
defek tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan ke
ventrikel kiri melalui defek.
Pembedahan dengan kasus defek sedang/besar, menutup defek dengan dijahit melalui cardiopulmonary bypass.”Non-pembedahan, menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung”.
Obat-obat vasopresor atau vasodilator :
1.
Dopamin
(intropin) ;
memiliki efek inotropik positif pada miokard, menyebabkan
peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi,
sedikit sekali atau tidak ada efeknya pada tekanan diastolic, digunakan untuk
mengobati gangguan hemodinamika yang disebabkan bedah jantung terbuka.
2.
Isoproterenol
(isuprel) ;
memiliki efek inotropik positif pada miokard, menyebabkan
peningkatan curah jantung dan kerja jantung, menurunkan tekanan diastolic dan
tekanan rata-rata sambil meningkatkan tekanan sistolik
II. KONSEP PENGKAJIAN
a.pengkajian
1. Riwayat
kesehatan
Pada VSD dengan shunt yang kecil
kemungkinan anak tidak mengalami keluhan apa-apa. Yang sering di rawat dirumah
sakit adalah anak yang mengalami VSD dengan shunt yang besar .pada shunt yang
besar yang cukup menonjol pada keluhan anak adalah sesak nafas terutama saat
untuk melakukan kegiatan.
2. Pengkajian
fungsional
Pengkajian fungsional fokus yang
memungkinkan terjadi gangguan pada anak dengan VSD shunt yang besar (karena
dengan shunt yang kecil jarang menimbulkan gejala yang klinis)antara lain:
i.
Pola pernafasan
Pada penderita anak yang dengan shunt
yang besar sangat mungkin terjadi bendungan pada pembuluh paru sehingga dapat
timbul rasa berat saat nafas (dipsnea). Pada pemeriksaan di jumpi pernafasan
cepat dan dangkal
ii.
Sirkulasi
Pada kondisi shunt yang besar terjadi
statis pada aliran darah balik di buktikan dengan adanya edema pada jantung
sampai edema abdomen dan ekstremitas.akral teraba dingin ,sirkulasi ini dapat
berpengaruh terhadap pemenuhan oksigen jaringan sehingga anak juga dapat
mengalami sakit kepala karena penurunan sirkulasi di otak atau penurunan
produksi urine karena penurunan Glomerulus Filtrat Rate.yang dapat dilihat dari
produksi urine < 1500ml perhari.
iii.
Aktifitas dan bermain
Pada kondisi shunt yang sudah besar
karena terjadi peningkatan beban pada paru anak mengalami penurunan tingkat
aktifitas seperti anak mengeluh capek kalau bermain sehingga terlihat banyak
bedrest atau diam.
iv.
Pertumbuhan dan perkembangan
Pada shunt yang kecil anak masih dapat
melalui fase pertumbuhan dan perkembangan motorik halus maupun motorik kasar dan baik .pada VSD dengan shunt yang
besar sama seperti kasus ASD pertumbuhan fisik terancam terganggu karena suplai
nutrisi yang diperankan melalui pemompaan jantung tidak dapat berlangsung
dengan optimal .anak terlihat kurus dan perut membuncit .motorik kasar seperti
melompat ,jalan cepat juga dapat terancam mengalami hambatan.
3. Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
fisik yang mengalami gannguan terlihat pada:
i.
Tingkat kesadaran
Pada shunt yang kecil
kesadaran anak penuh (komposmentis). Kesadaran menurun dapat akibat dari
komplikasi berupa kegagalan jantung atau enddokarditis lenta.
ii.
Paru-paru
Pada saat inspeksi dijumpai peningkatan frewensi
pernafasan dengan atau tanpa rektrasi dada .pada palpasi mungkin teraba desakan
dinding paru yang meningkat terhadap dindi ng dada.pada perkusi mungkin
terdengar suara redup karena peningkatan volume darah paru.untuk auskultasi
mungkinterdengar ronkhi basah atau krekels sebagai tanda adanya edema paru pada
komplikasi kegagalan jantung .
iii.
Jantung dan vaskuler
Pada inspeksi mungkin
dada masih terlihat simetris atau kadang terllihat dada sebelah kiri mencembung
karena pembesaran ventrikel kanan .iktus kordis pada anak yang kurus akan
terlihat jelas pada interkosta 5-6 .pada palpasi teraba pulsasi pada ventrikel
kanan akibat peningkatan desakan ,iktus kordis masih teraba jelas pada
interkosta 5-6 .pada auskultasi mungkin terdengar bising pada jantung.
a. VSD kecil
1.
Palpasi:
Impuls ventrikel kiri
jelas pada apeks kordis. Biasanya teraba getaran bising pada SIC III dan IV kiri.
2.
Auskultasi:
Bunyi jantung biasanya
normal dan untuk defek sedang bunyi jantung II agak keras. Intensitas bising derajat III s/d
VI.
b.
VSD
besar
1.
Inspeksi:
Pertumbuhan badan jelas terhambat,pucat
dan banyak kringat
bercucuran. Ujung-ujung
jadi hiperemik. Gejala yang menonjol
ialah nafas pendek dan
retraksi pada jugulum, sela intercostal dan regio epigastrium.
2.
Palpasi:
Impuls jantung
hiperdinamik kuat. Teraba getaran bising pada dinding dada.
3.
Auskultasi:
Bunyi jantung pertama
mengeras terutama pada apeks dan sering
diikuti ‘click’ sebagai akibat terbukanya katup pulmonal dengan kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis yang melebar. Bunyi jantung kedua mengeras terutama pada sela
iga II kiri.
iv.
Otot dan kulit
Pada anak yang
mengalami VSD dengan shunt yang besar akan terjadi penurunan penyediaan bahan
nutrisi dan oksigen yang di pompa melalui jantung sehingga otot terba lemah
,kulit dingin .pada VSD dengan komplikasi
kegagalan jantung tampak kulit kebiru-biruan.
4. Pemeriksaan
penunjang
i.
EKG
EKG pada VSD dengan shunt kecil masih
normal.sedangkan pada shunt yang sedang atau shunt besar gambaran EKGnya
terlihat hipertropi ventrikel kiri dengan hipertropi atrium kiri atau
hipertropi ventrium kanan dan ventrikel
kiri dengan hipertropi atrium kiri.
ii.
Radiologi
Pada VSD dengan shunt
kecil foto rongent tidak menunjukkkan pembesaran pada jantung
Pada shunt yang sedang
dan besar akan tampak pada foto thorak:
1) Pembesaran
pada kedua ventrikel yaitu ventrikel
kiri dan kanan
2) Pembesaran
pada atrium kiri
3) Tampak
pembesaran pada batang arteri pulmonalis
4) Terdapat
korekan pembuluh darah yang berlebihan
b.Diagnosa
keperawatan
berdasarkan perjalanan patofisiologi
penyakit masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan VSD antara lain:
1)
Resiko penurunan cardiacoutput
berhubungan dengan penurunan volume ventrikel kiri
Data
yang menunjang:
a. Anak
mengeluh dadanya terasa berdebar-debar (palpitasi)
b. Nadi
teraba lemah dengan frekuensi > 100 kali permenit
c. Akral
teraba dingin
d. Anak
terlihat cepat lelah
e. Capillary
fefill>3detik
f. Terdengar
bising sistolik jantung
g. Pada
EKG terlihat gelombang Q yang runcing dan gelombang T yang runcing pada V6
h. Pada
rongen dada terlihat hipertropi ventrikel kanan dan kiri dengan pembesaran
atrium kiri
Rencana tindakan:
a.
Kaji dan pantau suara jantung ,denyut
nadi dan aliran darah( muncul bising pada sistolik) Rasionalnya:bising terjadi
karena besarnya aliran dari ventrikel kiri menuju ventrikel kanan
b.
Buat jadwal yang profesional antara
bermian dan istirahat bersama orang tua dan anak (istirahat total sekitar 10
jam dalam sehari) . yang terbaik dapat memakai dampak bermain terhadap nadi
,kalau nadi terlalu cepat dengan frekuensi lebih dari 110 dan lemah anak harus istirahat .
c.
Batas intake cairan dan natrium sesuai
kebutuhan rata-rata harian anak (natrium 20 miligram/hari),kebutuhan cairan
anak tiap harinya dapat memakai patokan 20-30 CC/KgBB/hari.
Rasionalnya:natrium
akan mengikat air sehingga meningkatkan jumlah volume darah yang masuk ke
jantung .natrium yang berlebihan juga meningkat kan afinitas saraf simpatik
jantung.
d.
Kolaborasi pemberian digitalis (dosis
yang dapat diapaksi seperti pada asuhan ASD).
Rasional
nya:digitalis membantu meningkatkan kemampuan kontraksi jantung sehingga darah
yang tertimbun di jantung menjadi berkurang.
2)
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan peningkatan tekanan pembuluh kapiler
paru.
Data
yang dapat mendukung: pasien menguluh sesak nafas saat beraktifitas ,pernafasan
cepat dan dangkal rata-rata >30 kali permenit ,suara paru terdengar ronkhi
basah atau krakles ,ada perkusi paru dada terdengar suara redup ,terdapat
retraksi dada saat bernafas ,anak terlihat pucat.
Rencana
timdakan;
a. Kaji
frekuensi dan irama pernafasan ,suara paru dan waktu,capillary refill.
Rasionalnya; suara krakal atau ronkhi
basah dapat sebagai indikasi terdapat timbunan cairan paru ,seasaka nafas saat
aktifitas sebagai n tanda awal ketidak mampuan paru mengambil oksigen secara
maksimal.pengisian capillary refil yang lama sebagai tanda penurunan oksigen
jaringan.
b. Atur
baring anak pada posisi semifowler
Rasionalnya;pengurangi tahanan
pengembangan paru secara maksimal oelh diafragma dan memperkuat tarikan oleh
otot-otot pernafasan
c. Latih
anak nafas dalam kalu memungkinkan
Rasionalnya: meningkatkan ambilan
oksigen dari luar
d. Kolaburasi
pemantauan analisa gas darah(AGD) (nlai gas darah normal seperti pada
meningitis).
Rasionalnya; hasil AGD yang terrlalu
basa mengindikasikan turunan asupan oksigen jarinagn.
e. Kolaborasi
pemberian diuretik seperti lasik.
Rasionalnya: mengurangi beban pada
kapiler paru sehingga memudahkan pertukaran oksigen pada kapiler alveolus.
f. Pemberian
oksigenasi .pemberian ini tergantung tingkat kebutuhan oksigen.kalau kebutuhan
tinggi dianjurkan memakai tenda atau headbox (gamabara)tingkat konsentrasi
seperti pada askep meningitis.
Rasionalnya: oksigen murni mempunyai
tekanan yang relatif lebih tinggi sehingga akan mangalir kedalam saluran
pernafasan.
3)
Kelemahan fisik kemungkinan penyebab penurunan
produksi energi metabolik melalui respirasi aerobik
Kemungkinan data yang muncul
:pasien mengatakan lemah ,pada test kekuatan otot kalau diminta mengangkat
tangan sedikit diberi beban langsung jatuh ,pasien sering terlihat ditemapt
tidur ,massa otot teraba lemah.
Rencana tindakan:
a. Kaji
tingkat kemampuan aktifitas anak dengan cara memantau kekuatan otot ekstermitas
dan aktifitas
Rasionalnya:semakin
kecil kekuatan otot akan berdampak semakin kurangnya tingkat aktifitas anak
b. Latih
anak aktifitas secara bertahap melaui pendekatan permainan
Rasionalnya:
latihan bertahap akan meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan meningkatkan
kemmpuan otot jantung.
c. Support
dan bantu anak untuk konsumsi makanan yang cukup.tingkat kebutuhan energi anak
berkisar antara 1000-2000 kkal tergantung usia
Rasionalnya:makanan
sebagai sumber utama pembentukan energi pada sel tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Sujono,Sukarmin. 2009. Asuhan
Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha ilmu
Perhimpunan
Dokter Penyakit Dalam Indonesia. 2006. Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Cecily L. Bets, Linda A. Sowden. 2002. Buku
Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC
Heni R dkk. 2001. Buku
Ajar Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Pusat kesehatan Jantung dan Pembuluh darah nasional “Harapan
Kita”
Junadi dkk. 1982. Kapita SelektaKedokteran Edisi 2. FKUI : Media Aesculapius
Suriadi & Rita Y. 2001. Asuhan keperawatan Pada Anak Edisi 1. Jakarta : Sagung Seto
Samsjuhidayat & Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta : EGC
Junadi dkk. 1982. Kapita SelektaKedokteran Edisi 2. FKUI : Media Aesculapius
Suriadi & Rita Y. 2001. Asuhan keperawatan Pada Anak Edisi 1. Jakarta : Sagung Seto
Samsjuhidayat & Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta : EGC
TUGAS
KEPERAWATAN ANAK 1
“ASUHAN KEPERAWATAN VENTRIKEL SEPTUM DEFEK”
( VSD )
Disusun
Oleh :
1. Choirya U 2.11.012
2. Eva G 2.11.030
3. Ibranu
Asfuri 2.11.045
4. Kholifah 2.11.056
5. Novarika 2.11.071
6. Santi nurani 2.11.088
7. Wahyu atika 2.11.106
PRODI D III
KEPERAWATAN
STIKES
TELOGOREJO SEMARANG
2013
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar